Sang Pembebas yang Terlupakan, R. M. D. Tirto Adhi Soerjo


Bagi teman-teman yang gemar dengan karya sastrawan angkatan '45, pasti pernah membaca roman bertemakan sejarah, Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Pun kebanyakan dari teman-teman pasti mengetahui bahwa Minke, yang merupakan tokoh utama roman tersebut, terinspirasi dari sosok nyata yaitu Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (1880-1918). Beliau adalah seorang jurnalis, organisatoris sekaligus propagandis.

Tirto Adhi Soerjo yang sering disingkat TAS adalah Bapak Pers Nasional, perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Pahlawan Nasional terfavorit saya sepanjang masa. Miris, mayoritas masyarakat saat ini tidak mengenal beliau. Bukti nyata bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mudah lupa dan karena sering terjadinya pemburaman sejarah yang sering dilakukan oleh kaum yang menang.

Para pahlawan baru terasa jasanya tatkala mereka sudah tiada. Selalu saja kita terlambat menyadarinya. Salah satu hal yang membuat TAS dikenal adalah keberaniannya memuat tulisan-tulisan mengenai kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang memberatkan dan menyengsarakan Pribumi.

Di Bandung, TAS menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) serta  Putri Hindia (1908). Medan Prijaji perupakan surat kabar nasional pertama. Bahasa yang digunakan dalam surat kabar ini ialah Bahasa Melayu dan seluruh proses produksi ditanganin oleh Pribumi. Melalui surat Medan Prijaji juga, beliau menuangkan pemikiran beliau yang menjadi cikal bakal nasionalisme dengan memperkenalkan istilah Anak Hindia.

Pun bagi teman-teman yang masih mengira-ngira apa sebenarnya istilah B dalam Tetralogi Buru, B merupakan singkatan bagi Bojonegoro. TAS yang merupakan anak kesembilan dari sebelas bersaudara lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, dengan nama kecil Djokomono. Ia termasuk golongan bangsawan karena memiliki hubungan darah dengan Tirtonoto, bupati Bojonegoro.

Berikut saya nukilkan tulisan berbentuk puisi yang dibuat oleh R. M. Priatman tentang romonya, R. M. D. Tirto Adhi Soerjo, dalam buku Perdjoangan Indonesia dalam Sedjarah halaman 89.

SIAPA PELOPOR DJURNALISTIK DI INDONESIA
1875 - 1917


Raden Mas Tirtoadisoerjo
Nama ketjilnja Djokomono
Keturunan Tirtonoto
Bupati Bodjonegoro.

Peladjar S.T.O.V.I.A. di Djakarta
Penulis pembela Bangsa
Membasmi sifat pendjadjah Belanda
Dengan tulisan jang sangat tadjam penanja.

Membuka sedjarah Djurnalistiknja
“Medan Prijai” warta hariannja
Suluh keadilan dan Putri Hindia
Ada dalam pegangan Redaksinja.

Tiap perbuatan dari pendjadjah,
Jang akan membuat lemah,
Terhadap Nusa dan Bangsa kita,
Diserang dan dibasmi dengan sendjata penanja.

Akibat dari sangat tadjam sendjata penanja
Pendjadjah dengan kekuasaannja
Mendjatuhkan hukumannja
Marhum Tirtoadisoerjo diasingkan dari tempat kediamannja.

Lampung adalah tempat tudjuannja
Setibanja di pengasingan terus berdjuang
Tak ada tempo jang terluang
‘ntuk membela Nusa dan Bangsanja.

Pelopor Djurnalistik Indonesia
Tahun 1875 adalah tahun lahirnja
Pada tahun 1917 wafatnja
Mangga Du
a di Djakarta beliau dimakamkannja

Sekian tulisan saya mengenai sosok Pahlawan Nasional yang paling saya kagumi, R. M. D. Tirto Adhi Soerjo. Semoga tulisan ini dapat menjadi usaha untuk mengingatkan teman-teman akan jasa Sang Pembebas, agar bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang lebih menghargai peluh dan darah para pahlawan yang tertumpah.




Mahasiswi yang menolak lupa,




Devita Olyviana Putri



Referensi:

Cote, J.J., 1998. Tirto Adhi Soerjo and the Indonesian modernity, 1909-1912: an introduction to two stories. RIMA: Review of Indonesian and Malaysian Affairs32(2), p.1.http://kampungantenan.blogspot.co.id/2008/09/rm-tirto-adhi-soerjo.htmlToer, P.A. and GoGwilt, C.L., 1996. Pramoedya's Fiction and History: An Interview with Indonesian Novelist Pramoedya Ananta Toer. The Yale Journal of Criticism9(1), pp.147-164.Watson, C.W., 1971. Some preliminary remarks on the antecedents of modern Indonesian literature. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, (4de Afl), pp.417-433.

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Berserikat di Tanah Rantau

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan