Patience

Selama satu minggu terakhir, saya belajar banyak perihal definisi kesabaran. Semisal, ketika saya siap dan bersedia untuk melakukan segala sesuatunya dengan sigap, cepat dan efektif, namun ada saja hal yang seakan-akan menyuruh saya untuk sejenak berhenti berlari sembari berkata, "Sebentar, ya, Devita. This whole thing is not only about both of you. Everything will work out well kok, Dev, tapi tunggu sebentar, ya."

'Tunggu sebentar' di sini memang sebentar kok, mungkin hanya satu atau dua hari. Tapi ketika kita ingin mengerjakan segala sesuatunya dengan sigap dan sebaik-baiknya, menunggu satu atau dua hari rasanya seperti menanti bertahun-tahun. Lucu, ya. Jujur, baru kali ini saya merasa seperti ini.

Kembali ke perihal sigap, kali ini mari kita kaitkan dengan rasa sungkan. Jika kalian mengenal saya dengan baik, kalian mungkin merasa bahwa saya salah satu orang paling sungkan-an yang pernah kalian kenal. Sifat ini sungguh membuat kesabaran saya seakan diuji ketika saya ingin melakukan segala sesuatunya dengan sigap, namun rasa sungkan yang saya miliki menjadi salah satu faktor yang paling kencang meneriakkan, "Sebentar, ya, Devita." Bukan bermaksud membenarkan sifat sungkan saya, namun mungkin tepat bahwa this whole thing is not only about both of us, sehingga mungkin kita memang harus bersabar ketika kita harus menunggu sesuatu satu atau dua hari.

Pun, sebagai seseorang yang sangat menyukai senja, satu minggu terakhir ini adalah saat-saat di mana saya semakin sering menatap langit sembari mempertanyakan dan mendoakan beberapa hal. Tapi, ada juga beberapa saat di mana saya langsung menepuk-nepuk pipi saya kemudian kembali menjalankan aktivitas, atau lebih tepatnya menyibukkan diri. Karena bukankah itu hal terbaik yang dapat dilakukan seseorang ketika sedang menunggu? Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang mampu membuat dirinya menjadi insan yang lebih baik dan bermanfaat, hingga kelak waktu memberikan kabar baik dan penantian tersebut bersambut.

Lucu, ya, menunggu satu - dua hari saja sampai bisa membuat saya menulis sebuah postingan blog tentang kesabaran. This is interesting. Baru satu minggu saja, saya sudah belajar mengenai banyak hal, khususnya tentang bagaimana menghadapi diri saya sendiri. Entah betapa banyak pelajaran yang kelak insyaAllah akan saya dapat di masa mendatang, namun saya siap untuk belajar mengenai hal-hal tersebut dan saya memang ingin menjadi pribadi yang lebih baik.

Perjuangan baru dimulai, ya. Semangat!


"Orang-orang yang merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa-doanya menguntai tangga yang indah hingga ke langit."
- Tere Liye

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Berserikat di Tanah Rantau

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan