Hijab adalah Bentuk Liberasi
Ketika Anda mendengar kata ‘liberasi,’ entah bagaimana media mengajarkan Anda bahwa hijab bertentangan dengan kata tersebut.
Feminisme bukanlah feminisme
jika tidak bersifat interseksional, karena berbagai bentuk diskriminasi
(seksisme, rasisme, dan klasisme) dapat saling tumpang tindih.
Jika definisi Anda
tentang liberasi perempuan hanya berpusat pada sudut pandang dan pengalaman
beberapa komunitas tertentu, maka Anda tidak membuka ruang untuk berdiskusi.
Mengenakan hijab bagi perempuan
Muslim adalah bentuk ketundukan kepada Tuhan.
Hal ini tidak ada
hubungannya dengan rasa malu, tidak ada hubungannya dengan laki-laki, terlepas
dari apa yang media tanamkan ke dalam kepala Anda pada awal tahun 2000an untuk
merendahkan martabat perempuan Muslim dan membuat Anda tidak keberatan dengan
perang yang berlangsung.
Bagi perempuan Muslim,
hijab adalah kebebasan karena itulah cara kami membatasai akses orang lain
terhadap tubuh kami.
Tubuh kami bukan untuk
konsumsi semua orang, tidak pernah, dan tidak akan pernah.
Praktik memiliki privasi melalui
dan hijab dan pakaian yang tertutup dalam masyarakat yang cenderung hiperseksual
ini memberikan kebebasan bagi orang-orang seperti kami.
“Tetapi, beberapa perempuan
dipaksa untuk menutup aurat.”
Sementara itu, ada pula
perempuan yang dipaksa untuk membuka pakaian, misalnya hijab sudah dilarang di
sekolah-sekolah negeri di Prancis sejak tahun 2004. Larangan ini sudah
dilembagakan, dan kedua bentuk pemaksaan (untuk memakai dan melepas hijab) sama-sama
tidak boleh.
Semoga kita senantiasa diberikan
keteguhan hati untuk menutup aurat sebagaimana seharusnya, khususnya di akhir jaman
seperti sekarang. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi hati, pikiran, dan
diri kita.
Adelaide, 29 Februari 2024
Comments
Post a Comment