Java Chip Frappuccino Drinker in a Nutshell (Part 1)



Saya bukan tipe wanita yang menghabiskan 30 menit untuk memilih baju apa yang harus saya pakai ke kampus. Bukan pula tipe wanita yang menghabiskan the next 30 minutes untuk merias wajah. Tidak ada orang yang harus saya impress. Pun, saya memandang busana sebagai sesuatu yang fungsional.

Saya bukan tipe wanita yang bertahun-tahun menjadi petugas medis sana sini untuk mengincar jabatan struktural atau relasi. Tujuan saya sederhana, agar jika nanti anak saya terjatuh ketika latihan naik sepeda atau cedera di pertandingan sepak bola pertamanya, saya tahu bagaimana harus bertindak; seperti bagaimana membersihkan dan membalut luka anak saya.

Another thing perihal busana, pun saya bukan tipe wanita yang merasa perlu menggunakan high heels dalam acara formal. Saya paham perihal elegansi tetapi kembali ke poin di mana saya memandang busana sebagai sesuatu yang fungsional; saya sudah tinggi sehingga saya tidak melihat urgensi untuk memakai high heels.

Saya bukan tipe wanita yang harus ada di dalam koloni untuk melakukan apa yang saya inginkan. Biarlah saya seorang diri, asal saya dapat apa yang saya targetkan. Mulai dari hal kecil seperti lebih baik saya nonton sendirian di Margo Platinum atau ke Jakarta Comic Fair sendirian daripada tidak jadi nonton atau datang karena alasan tidak ada barengan. Sampai keputusan saya untuk kuliah di Universitas Indonesia sendirian padahal literally 99% teman-teman SMA saya kuliah di ITB atau UNPAD.

Ah, another thing perihal keinginan dan target. Saya juga bukan tipe wanita yang akan mengorbankan impian dan prinsip saya demi mereka yang memiliki kromosom XY. Entah berapa kali saya memilih mimpi dan prinsip over guys. Mulai dari pergi ke USA satu tahun yang menjadikan saya jauh dengan pria yang sudah saya tunggu selama 7 tahun; sekalinya saya pulang ke Indonesia, saya malah kuliah di UI (padahal kalau kuliah di Bandung, saya bisa bareng lagi sama my 7 years crush); menjauh dari pria yang literally almost perfect karena alasan beda agama; sekalinya nemu yang seagama, sefakultas dan juga almost perfect, eh saya menjauh lagi karena alasan I don't like his way of thinking, I mean guys are supposed to know what they want to do in the future and man this guy is totally clueless and becoming a plankton in a current. Hah, gini aja terus sampai umur saya 40 tahun dan dapat gelar Prof.

By the way, segini dulu saja, yaaa. Banyak yang ingin saya tulis tapi apa daya masih ada laporan praktikum ekologi yang harus saya kerjakan. Oh, dan, postingan-postingan yang berjudul Java Chip Frappuccino Drinker in a Nutshell hanyalah sekadar entri refleksi. Jadi, harap maklumi isi Silly Tea Leaves yang benar-benar sampis (sekali lagi saya ingatkan, kalau ingin baca prosa, puisi, atau cerpen yang yahud, langsung saja baca di laptop saya lmfao).

Sooo, have a very nice Sunday evening everyone. Salam hangat dari pinggiran Jalan Margonda! :)



- Sudut toko kopi Margo City, 6 Maret 2016.

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau