Sang Maha Guru, Nabi Khidir



Dari seluruh Nabi yang pernah saya dengar kisahnya, saya selalu paling senang mendengar kisah mengenai Nabi Khidir. Beruntung sekali, tadi malam dan pagi ini saya didongengi oleh Bang Bach tentang Nabi favorit saya tersebut.

Bang Bach bercerita mengenai Nabi Musa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk berguru kepada Nabi Khidir. Pelajaran mengenai hal ini ditulis dengan indah dalam ayat Al-Qur'an, yaitu pada Surah Al-Kahfi ayat 65-82. 

Dikisahkan mengenai petualangan Nabi Musa yang berkelana bersama Nabi Khidir, di mana Nabi Musa merasa terkadang Nabi Khidir melakukan beberapa hal yang ia anggap cukup... unik. Semisal, Nabi Khidir merusak penampilan kapal yang mereka tumpangi milik nelayan yang baik hati, Nabi Khidir dikisahkan 'membunuh' seorang anak kecil, kemudian Nabi Khidir yang membangun dinding dari sebuah rumah yang akan runtuh padahal penduduk desa tersebut tidak bersikap baik terhadap kehadiran Nabi Khidir dan Nabi Musa.

Sekilas, memang orang yang membaca akan bingung akan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Nabi Khidir. Jangankan kita, Nabi Musa pun dulu sempat bingung akan sikap gurunya.

Ternyata, dibalik tindakan yang Nabi Khidir lakukan, terdapat pesan yang luar biasa dan suitable bagi kondisi Nabi Musa yang saat itu sedang Allah SWT persiapkan untuk melawan tirani Fir'aun.

Pertama, ada sekawanan perompak di daerah yang Nabi Khidir dan Nabi Musa lalui. Mereka akan mengincar perahu yang memiliki penampilan bagus sehingga Nabi Khidir pun merusak penampilan perahu yang mereka tumpangi agar mereka selamat sampai tujuan.

Kedua, anak kecil yang 'dibunuh' tersebut ternyata anak yang begitu buruk perangainya dan kelak akan membawa keburukan bagi kedua orang tua serta kaumnya. Perihal ini pun saya sebenarnya masih bingung memikirkan dan mengkajinya, ilmu saya belum cukup. Akan tetapi, kejadian ini memberi pelajaran bahwa kita harus memperbaiki sikap anak yang kurang baik sedini mungkin.

Ketiga, rumah yang Nabi Khidir bangun dindingnya ternyata tersimpan harta warisan milik anak yatim yang begitu sholeh di dalamnya. Kelak harta warisan ini akan membantu kehidupan anak yatim tersebut ketika ia tumbuh dewasa. Nabi Khidir pun mengajarkan perihal ketulusan; walaupun ia tidak diterima di kampung itu, ia tetap tulus membangun dinding rumah tersebut.

Kisah ini mengingatkan kita untuk senantiasa belajar; karena seorang pemimpin tidak boleh berhenti belajar, kan? Belajar sebaiknya tidak hanya dari dosen maupun CEO besar, misalnya, bahkan orang-orang di sekeliling kita bisa jadi guru terbaik bagi kita. 

Mari, kita panjangkan nafas dan tetap teguh di jalan-Nya, untuk selalu belajar dan berarti bagi sesama. Hamasah! :D

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau