Dialog Tokoh - Ibu Leni Nurlaeni

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan aku guncangkan dunia." ~Soekarno
Ucapan Presiden Indonesia pertama tersebut sudah sering kita baca dan dengar di berbagai kesempatan. Terlihat sangat jelas bahwa masa depan bangsa tergantung di tangan pemuda dan ‘guncangan’ yang dihasilkan. Apakah sebenarnya bentuk guncangan yang diharapkan dari para pemuda? Tentunya hal-hal yang mampu menjadi kebermanfaatan yang besar dan luas bagi masyarakat.
Pada 25 Januari 2018, kami peserta Rumah Kepemimpinan Regional 1 Jakarta berkesempatan untuk bertemu dengan Ibu Leni Nurlaeni yang merupakan petinggi Kementerian Keuangan sekaligus dewan pembina Regional 2 Bandung.
Beliau berkata bahwa jika seseorang berbicara mengenai kebermanfaatan, hal tersebut akan optimal jika disesuaikan dengan problema yang dihadapi oleh masyarakat sekitar maupun di lokasi yang memang menjadi concern. Sudah banyak contoh kasus di mana para pemuda mendatangi suatu kelompok masyarakat, bersikap selayaknya pahlawan, membawa asas-asas dan teori-teori yang dipelajari di kampus, namun tindakan yang diambil justru tidak efektif atau bahkan lebih ekstrem, tidak dibutuhkan oleh warga setempat tersebut.
 Para pemuda yang ingin mengguncang dunia harus memulai guncangan tersebut secara internal, yaitu kepada dirinya sendiri. Ia harus paham mengenai bagaimana ia seharusnya bersikap, hal-hal apa yang seharusnya ia pelajari, kemampuan-kemampuan apa yang seharusnya ia persiapkan. Singkatnya, ia harus selesai terlebih dahulu dengan dirinya sendiri, barulah segala usaha dan kemampuan yang ia memiliki mampu berdampak besar dan signifikan bagi masyarakat yang ingin ia bantu.
Setelah selesai dengan dirinya sendiri, para pemuda harus menjadi sosok yang peka. Dalam konteks ini, peka berarti para pemuda dapat mengidentifikasi kondisi apa yang patut diperbaiki atau bisa dikembangkan kebaikannya di lingkungan sekitar atau juga bisa dalam skala yang lebih luas. Kemampuan identifikasi ini penting dan dibutuhkan data yang akurat dan dapat dipercaya dalam proses ini agar kebermanfaatan yang kelak akan dibagikan dapat terbentuk dengan optimal.
Setelah proses identifikasi masalah, para pemuda perlu merumuskan strategi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini pun harus dipikirkan secara matang agar seluruh sumber daya yang kelak dikerahkan dapat dipergunakan secara efektif. Begitu banyak masalah yang dihadapi oleh bangsa ini sehingga sudah seharusnya seluruh pihak menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien agar lebih banyak masalah yang dapat diselesaikan.
Setelah solusi diberikan, harus ada proses evaluasi dan monitoring secara berkala karena solusi tidak bisa hanya diberikan satu kali. Jangan sampai mahasiswa atau para pemuda menjadi sosok yang hanya sekali datang kemudian pergi begitu saja. Jika begini, solusi yang semula diberikan akan dengan mudah menguap sehingga kondisi awal yang buruk dapat kembali dengan mudahnya.
Proses evaluasi dan monitoring ini perlu digarisbawahi karena hal ini merupakan salah satu proses yang paling krusial. Kondisi masyarakat sangat dinamis dan konsistensi yang tidak baik dapat membuat para pemuda tertinggal. Solusi sebagus apapun jika tidak dilakukan secara konsisten, maka tidak akan membuahkan hasil yang optimal. Pemuda seharusnya menjadi sosok yang paling kreatif dan mampu berpikir out of the box. Sayang sekali jika kemampuan apik ini tidak diimbangi dengan konsistensi yang baik.

Jika para pemuda merasa lelah, wajar memang. Silakan ambil beberapa waktu untuk istirahat namun jangan lupa untuk kembali menjadi bagian dari solusi. Renungkan kembali segala langkah yang telah diambil, ketahui bagian mana yang bisa dikembangkan dan diperbaiki, kemudian kembalilah kepada masyarakat yang menunggu untuk dibersamai dalam mencapai kemaslahatan.

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau