Dari Sebuah Tanda Tangan

Haiiiiii, waw, omaygat, udah lama banget gue gak blogging wkwk. How are you guys? I hope you are feeling content and be blessed as always. Sesungguhnya gue udah pengen banget nulis tentang ini dari Rabu, ketika hari kejadian perkara. Hahaha apaan sih bahasa gue; it's not going to be a criminal related post kok guys, even this post will be a sort of thank-you post to all my beloved fellas that indeed I love so much, from the deepest of my heart. Alert though, this post might be kind of long so please read at your own risk yaaa hahaha.

Gue udah gatel banget pengen nulis sejak Rabu, tapi gak sempet-sempet. Gue akhir-akhir ini tidur rada cepet, soalnya biar bisa bangun jam 2 pagi buat skripsian. Pas pagi, habis nyiapin sarapan, langsung lanjut ngetik-ngetik lagi sampai jam 8, baru siap-siap ke kampus. Jadi ya maafkanlah diriku yang terlambat cerita dua hari wkwk, sesungguhnya diriku juga ingin sekali rutin blogging lagi. Oke deh, mumpung besok libur, jadi gue bisa rehat sejenak malam ini dan nuliiis.

------- ------- -------

Jadi ceritanya nih geng, Rabu dua hari yang lalu ada pertemuan dengan pembimbing akademik [PA] kan. I always love this gathering karena PA gue, Ibu Riani, adalah sosok dosen yang seru dan literally tergaul seantero Departemen Biologi FMIPA UI, so the gathering has always been fun and full of laughter. Teman-teman yang satu pembimbing akademik denganku pun seru-seru dan semuanya teman baikku, mulai dari yang teman main sampai temen sekepanitiaan juga ada. So yes, to gather with these lovely fellas is always heartwarming.

Ketika pertemuan PA kemarin, Ibu Riani tiba-tiba nyeletuk seperti ini, "Hmm, Bhisma, kamu orangnya introvert ya?" Kami yang lagi ngerumpi pun ketawa denger ucapan Ibu Riani. Kalau gue, karena gue sama Bhisma adalah temen main, somehow gue tahu dari lama bahwa doi memang INFP, walau dari luar memang Bhisma kelihatan seperti seorang extrovert.

"Ibuuu, tahu dari mana Bhisma introvert?"
"Dari tanda tangannya Bhisma, nih, kelihatan."
Kyaaaa, kami pun rusuh. PA kami selain seru, gaul, juga bisa baca tanda tangan dong geeengs wkwk she is indeed super lovely memang.

Dari sebuah tanda tangan, selain introvert-ekstrovertnya seseorang, Ibu Riani juga bisa baca kemandirian, cara bergaul, kenyamanan dalam hidup, tingkat ambisi, dan lain-lain. Akhirnya kami semua minta dibacain tanda tangannya, sampai akhirnya giliran gue yang dibaca.

"Devita, kamu ini introvert ya?" kata Ibu Riani.
Yak, netizen sekalian, sontak teman-temanku pun protes, "Kadev introvert dari mananya sih Ibuuu?"
Diriku pun memberikan klarifikasi sambil nahan ketawa, "Aku itu ambivert gengs. Setiap cek MBTI, ekstrovertku selalu di angka 55-51% doang."

Ibu Riani pun juga jadi ikut memberikan klarifikasi, "Yang Ibu maksud ekstrovert dan introvert di sini bukan berarti apakah dia orangnya heboh, senang berinteraksi sama orang, bukan yang gitu-gitu. Tapi kemampuan dia untuk mengekspresikan apa yang dia rasakan, apa yang sebenarnya dia mau, dan menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Gitu."

Oh, jadi itu yang Ibu Riani maksud dengan ekstrovet-introvert guys, yaitu kemampuan dia untuk, speak what's on their mind and how they feel or react towards something. Jika memang itu definisi Ibu Riani, I can say that I am indeed an introvert, an extreme one, even.

I don't really remember how it starts, but, I am indeed growing up as a huge people's pleaser. I always try to do my best, simply because I know people expect great things from me. I am not comfortable showing how I really feel towards something. I hate showing my weakness to people, because I know this world doesn't tolerate flaws. Sorry, but that's the truth. Once you show the world how tired you are and how you actually have some flaws, they will point you as a weak person and ask you to, "Oh come on, get your ass back up, this world doesn't want to hear your whine, it's useless. You're not allowed to have flaws at all and you have to be shining like always." That's simply how this world works, right? That's why I'd rather keep it all inside and trying my best so that people will be happy with me.

Do you know what is my biggest fear? As a huge pleaser, of course my biggest fear is letting people down. That's why I'd rather keep it all inside so that people will see that, "Oh, she is doing fine." That makes this world easier. I can literally shake and unable to breathe normally when I know that I make people disappointed in me.

Jadi tiba-tiba inget, dulu ada yang enggak bersedia datang ke wisuda SMA gue karena gue kala itu enggak keterima SNMPTN hahaha [iya guys, gue masuk UI dari jalur PPKB]. Simply karena gue malu-maluin, masa masuk UI aja enggak bisa. Seinget gue, gue udah jadi a huge pleaser sejak kecil, tapi, hari wisuda SMA itu jadi salah satu titik di mana sikap gue sebagai huge pleaser semakin menjadi-jadi. "Pokoknya I'm not allowed to show anymore flaws in the future, ini yang terakhir," I said to myself di hari wisuda SMA gue waktu itu. Jadilah gue semakin memendam semua-semuanya untuk gue sendiri. Indeed gue orangnya bisa cerewet, but I never really show how I actually feel. Because, just like I said before, this world doesn't tolerate flaws at all. Once you show your weakness and your weary soul, this world will point you as a weak person and don't really care about you. So better keep it all inside, that's far easier.

The main point is, I'd rather hide everything deep inside and indeed I cannot be honest about how I really feel.

Tapi bukan itu, hal utama yang ingin gue ceritain kali ini hahaha, walaupun masih relatable sih.

Being a huge pleaser can be painful, right? Sehingga, terkadang kita butuh sesuatu untuk menyalurkan segala burden yang kita rasakan. But, sometimes it feels even harder to breathe, apalagi dengan kesibukan gue sekarang. Ya Allah, mau baca buku aja ngerasa bersalah, like, kok malah baca buku? Apalagi buat nulis, ngerasa bersalah banget buat nulis hal lain selain skripsi.

But still, we all need those lovely things in life. Jadi, yang pertama, diriku yang seperti itu... sangat attracted dengan sesuatu yang... jujur, apa adanya. Sesuatu yang jujur itu, paling sering gue temukan dalam bentuk bacaan, khususnya tulisan fiksi. Aneh ya? But that's how I really feel.

Sering ada yang nanya, "Devita, paling suka buku yang kayak gimana?" Atau, "Buku yang bagus menurut Devita tuh yang kayak gimana sih?"

Sejujurnya, jawabanku hanya satu, "Yaitu, buku yang jujur." Di mana, ketika kalian baca itu, kalian bisa ngerasa bahwa penulisnya menulis apa yang dia rasakan dengan sejujur mungkin. Trust me guys, we all can sense it from the writing. Menurutku, buku seperti itu yang paling baik. I can sense it the best dari tulisan Dewi Lestari, Haruki Murakami, Pramoedya Ananta Toer dan Sapardi Djoko Damono. Mungkin karena aku jarang banget bisa jujur atas perasaanku sendiri, jadi diriku suka banget baca tulisan yang jujur.

Nah, yang kedua, karena diriku juga sulit jujur atas apa yang kurasakan, because I feel like nobody will understand anyway, so why even bother explaining? Sehingga, diriku juga jatuh cinta ke dunia menulis. Hanya Microsoft Word yang akan setia menemani, mendengarkan, dan menyimak segala gundah dan lelah tanpa ngejudge hahaha. Itulah kenapa diriku senang nulis, sebenarnya, because I don't feel any obligation to please anybody. Just write it all down and I'll feel far better.

Yang ketiga, diriku senang curhat ke Sang Maha. Udah gak keitung lagi berapa kali diriku sholat sambil nangis, khususnya pas sujud. Apalagi akhir-akhir ini. Curhat ke Allah SWT jadi semacam satu-satunya cara yang kutahu. Dia yang selalu ada, mengamati, mendengarkan, dan menjadi sebaik-baiknya Sandaran dan Pemberi Kekuatan. Your heart keeps breaking because you keep loving things the way you're supposed to love Allah SWT. Allah is the only beloved who never breaks the hearts of His lovers.

Yang keempat, diriku paling senang kalau ngobrol dan catch up dengan teman-teman. I would say that I indeed have supeeer amaziiiing campus yeaaarsss. I have many good friends whom I can share stories and laughter. I would say that empat setengah tahun kuliahku ini menyenangkan sekali dan salah satu alasan utamanya adalah karena ada mereka di keseharianku. Nah, karena sekarang sebagian temanku sudah lulus, jadi hariku memang enggak seramai dulu hahaha. But, justru diriku jadi senang banget kalau bisa ketemu teman-teman dan catch up with how things go in their life. Seneng banget denger cerita mereka yang sedang berusaha mencari kerja, lanjut studi, atau menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang sudah di dapat. I love seeing them all grow into what they would like to become.

Setiap habis ngobrol sama temen-temen, I can literally feel bebanku keangkat gitu lho, and it makes me far easier to breathe. That's why I like talking with the people that I love.

Dan, yang ingin aku pinpoint di sini adalah how I am super grateful with their presence in my life. Sumpah, sebersyukur itu :'] diriku akhir-akhir ini emang udah gak terlalu suka ngeshare kegiatan di instagram [well, dari dulu memang diriku gak pernah suka sama instagram hahaha makanya aku jauh lebih sering di twitter], so I think I will share some photos and memories di sini saja ya. Sure I am so grateful for those laughter, conversation, and insight we shared.


Hari ini Radhiyan dan Indah main ke MIPA. Sumpaaah, seseneng itu bisa ngobrol seru banget dan soul-filling sama mereka. Kantin bener-bener hidup sama ketawa kami siang tadi :'D


Dapat kesempatan untuk jadi interviewer calon peserta YES. Jadi inget sama diri sendiri pas dulu. I found those fire back in our conversation pagi itu.


Kumpul PA. Seru abis, kerjaannya ngerumpi dan ngakak doang, sembari menceritakan rencana studi. From the very first day of college bareng mereka. Love them all. :']


Kondangan sama Mama. Semenjak Mas Adib ke Australia, gue jadi males lagi buat dandan dan pake baju cantik gitu deh. Jadi gpp lha ya sekali-kali akhirnya dandan dan pakai baju cantik lagi hahaha.

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Jadi ceritanya gue dimintai tolong untuk jadi coach mereka untuk INST tahun ini. Dan, alhamdulillah... mereka lolos ke babak intramural. Hebat banget. Sumpah. Aseli. Bangga banget gue sama mereka. Semoga mereka bisa melampaui prestasi kami dulu, dan semoga semuanya lancar. Aamiin. :']

Gue dapet kesempatan untuk stay semalem di Park View Condominium guuuys hahahaha. Jadi ceritanya selama dua minggu terakhir gue susah banget tidur kan. Kebangun tiap kurang lebih sejam sekali deh pokoknya. Dan malam itu ketika gue tidur di sana, itu adalah tidur ternyenyak gue setelah insom parah selama dua minggu. What an amazing night. Alhamdulillah.

Waaa, dedek-dedek RK datang kepadaku untuk sharing alumni. Semoga obrolan kita bisa bermanfaat dan maaf kalau aku cerewet hahahha. Glad to have you both.

Dapat kesempatan untuk jadi moderator di acara bedah buku Kak Dewi. I am sooo grateful for this opportunity. Insightful bangeeett.


Jadi moderator Asma Nadia juga. Nikmat Tuhan mana yang kau dustakaaan.

Ini... bener-bener terbaik sih... gue bener-bener udah paling suka kalau ngerumpi sama mereka. Sengakak itu. Gue bahkan lupa kapan ya terakhir gue bisa ketawa selepas dan sepuas malem itu ketika ngumpul di rumah Sabrina hahaha. I love them all so muuuch. Makasih. Makasih banget.


Intinya, aku suka sekali berbincang dengan orang-orang terkasih. It really makes me feel far better. Terima kasih udah ngebuat gue, yg a huge pleaser ini, bisa ketawa secara nyata sama kalian. Burden gue rasanya keangkat ketika bareng kalian. Those laughter and conversation we share, make me realize that hey this world is indeed amazing because I have you all, and maybe for some times, I can be my own and don't have to pretend as a person most people would like me to become. Oh, and, thank you very muuuch for the kindness you guys give me; kind words, kind gesture. Kalian mungkin gak tahu bahwa kebaikan-kebaikan tersebut bener-bener make me feel far better and it indeed helps me a looot. I am so grateful with your presence in my life and please stay happy you all. Semoga kita semua senantiasa diberkahi yaaa.



Last but not least. I am very grateful for my husband's presence in my life. Just like what I always say...
"Aku sayang banget sama Mas Adib, you know I always do."

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau