Dalam Dua Doa

Kata mereka, Tuhan sudah menentukan siapa yang akan bersama dengan kita sebelum kita dilahirkan
Kata mereka, tidak akan ada perihal yang tertukar

Namun, masih ada beberapa malam
di mana ia termenung
mempertanyakan segala aturan
yang membuatnya harus berbalik dan melupakan

Pun ada beberapa detik
di mana ia, lagi-lagi, termenung
menatap sepasang bola mata
yang ia anggap rumah

Belum pernah ia merasa
pulang
dan ketentraman belum pernah
menyelimuti bahunya
semanis itu

Ia bisa menatap sepasang bola mata itu
selamanya
subuh, siang, petang
ia ingin memastikan
sepasang bola mata itu selalu
diliputi kebahagiaan

Ia tidak percaya
dongeng reinkarnasi
ia percaya
bahwa pada masa lampau
ia menggenggam tangan
pemilik sepasang bola mata itu
sembari berbisik pada Tuhan,

"Yang Maha Agung,
aku ingin dia
aku akan melakukan
segala upaya
agar sepasang bola mata ini
senantiasa terkasihi
Tuhan,
aku ingin dia
pertemukanlah kami
kelak."

Ia percaya
bahwa pada masa lampau
Tuhan mengamini kedua jiwa
yang kemudian Ia turunkan ke bumi
dalam keadaan lupa
untuk kemudian
dipertemukan
suatu malam
di sudut keramaian
kampus perjuangan

sehingga pada malam itulah
akhirnya
ia menatap sepasang bola mata itu
lagi
setelah milyaran tahun terpisah

seketika ia tahu
bahwa Tuhan
mengabulkan permintaannya

Permintaan
yang ia bisikkan
sembari menggenggam
tangan pria
yang ia kasihi
yang telah milyaran tahun ia kasihi
yang detik itu masih ia kasihi
dan akan selalu ia kasihi

Pun
jika segala aturan
yang tertulis
mengharuskannya untuk berpaling
tidak memperbolehkannya
untuk menggenggam sepasang tangan itu
di bumi Sang Serba Maha
sekali lagi
ia tidak akan berontak
dan menentang

ia pasrah
akan segala ketentuan
yang telah ditulis Sang Serba Maha

Satu doanya
tidak,
dua doanya;
agar sepasang bola mata itu senantiasa
diliputi kebahagiaan
dan
agar ia diperbolehkan
menggenggam tangan itu
sekali lagi
ketika mereka berdua sudah pulang
kepada Sang Serba Maha

ah,
jika hal itu
benar akan terjadi
tidak akan pernah ia lepas lagi
genggamannya
dan
akan ia gunakan
kehidupan abadinya
bersama sang pelita
dan akan ia gunakan
setiap detik yang tidak mempunyai akhir
untuk memastikan
bahwa sepasang bola mata itu
menjadi jiwa yang paling bahagia
dalam naungan
surga Sang Serba Maha

Comments

Popular posts from this blog

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Berserikat di Tanah Rantau