Penurunan Partisipasi Warga FMIPA UI dalam Kelembagaan



Partisipasi warga Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dalam kelembagaan baik di tingkat departemen maupun fakultas menurun pada tahun 2016. Hal tersebut dapat terlihat dari proses pencarian pengurus inti dan badan pengurus harian beberapa lembaga yang memakan waktu cukup lama dikarenakan perlu usaha yang lebih besar untuk mengajak beberapa pihak untuk berpartisipasi dalam lembaga tersebut. Ketika proses pencarian staf pengurus kelembagaan berlangsung, kesulitan juga dirasakan secara nyata oleh beberapa lembaga seperti sedikitnya jumlah pendaftar untuk mengisi posisi staf. Beberapa departemen sampai melaksanakan forum dengan adik tingkat untuk mencari tahu perihal penyebab penurunan partisipasi warga departemen dalam kelembagaan sekaligus memberikan pengertian kepada adik tingkat perihal pentingnya berperan aktif turut serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan lembaga. Setelah dilakukan pengamatan selama satu tahun terakhir serta melakukan wawancara terhadap beberapa responden dari berbagai departemen dan angkatan di FMIPA UI, saya menyimpulkan bahwa penyebab penurunan partisipasi warga FMIPA UI dalam kelembagaan adalah kekhawatiran akan penurunan prestasi akademik, tidak terasanya manfaat keikutsertaan dalam lembaga secara langsung dan pilihan untuk mengikuti kegiatan di luar kelembagaan FMIPA UI.

            Kekhawatiran akan penurunan prestasi akademik terjadi di berbagai angkatan dan departemen. Di angkatan 2014, beberapa responden mengatakan kekhawatiran tersebut muncul akibat sudah terjadinya penurunan prestasi akademik pada semester sebelumnya sehingga para responden khawatir jika mereka kembali mengikuti kelembagaan, maka prestasi akademik mereka akan kembali menurun. Di angkatan 2015, beberapa responden khawatir dengan meningkatnya jumlah praktikum dan kehadiran mata kuliah tertentu yang membuat mereka merasa harus menyisihkan lebih banyak waktu untuk mengurus perihal akademis. Beberapa tindakan preventif sebenarnya dapat diambil untuk mengatasi beberapa hal yang saya sebutkan di atas seperti pengoptimalisasian perihal penggunaan waktu luang, menyicil tugas dan materi untuk dipelajari dari jauh-jauh hari serta pengefisiensian kerja lembaga sehingga tidak menyita waktu-waktu yang sebenarnya dapat digunakan untuk mengerjakan hal lain seperti tugas kuliah.

            Tidak terasanya manfaat keikutsertaan dalam lembaga secara langsung juga diungkapkan oleh beberapa responden. Mereka beranggapan bahwa effort yang dikeluarkan ketika mengikuti suatu kegiatan atau kelembagaan tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Pun beberapa responden berkata bahwa hasil yang didapat merupakan hal yang abstrak dan tidak dapat diukur. Hal tersebut dapat terjadi karena pihak yang merasa seperti itu kurang tepat dalam memilih bidang yang mereka ikuti di lembaga terkait sehingga para responden justru merasa terbebani bukannya merasa mendapat manfaat dari keikutsertaan mereka. Kemudian, hal tersebut juga dapat terjadi karena mereka tidak mengoptimalisasi partisipasi mereka di lembaga tersebut sehingga soft skill dan relasi yang seharusnya mereka dapat secara optimal justru tidak didapat ketika mengikuti lembaga terkait. Beberapa tindakan preventif sebenarnya dapat diambil untuk mengatasi hak tersebut seperti memilih bidang yang memang menjadi interest calon pengurus lembaga. Hal ini dapat dicapai dengan mempelajari terlebih dahulu mengenai pilihan bidang yang tersedia dan melakukan sharing dengan beberapa pihak yang memiliki pengalaman mengikuti bidang tersebut. Kemudian, optimalisasi dalam keikutsertaan di lembaga pilihan juga perlu dilakukan agar ilmu dan relasi yang didapat juga menjadi optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memastikan kita mendapat ilmu dari kegiatan dan diskusi yang kita lakukan selama periode kelembagaan tersebut berlangsung sehingga ketika periode kelembagaan tersebut berakhir, kita dapat menjadi pribadi yang telah memberikan kontribusi secara optimal di lembaga tersebut dengan timbal balik mendapat ilmu dan relasi selama periode kelembagaan berlangsung.

            Masing-masing orang memiliki preferensi mengenai kegiatan yang mereka lakukan. Beberapa responden memilih untuk lebih berkontribusi di lembaga atau kegiatan di luar lingkungan FMIPA UI. Hal tersebut terjadi dikarenakan mereka tidak menemukan lembaga atau kegiatan yang mereka ingin lakukan di FMIPA UI dan mereka justru menemukan preferensi mereka tersebut di luar lingkungan FMIPA UI. Hal tersebut tidak bisa dihindari namun dapat dicari jalan tengah. Salah seorang senior pernah berkata bahwa ‘jangan tinggalkan rumahmu dalam keadaan berantakan. Bereskan dulu rumahmu atau paling tidak, bantu mereka untuk mmembereskan rumahmu walaupun yang kau lakukan hanya sedikit. Setelah kau membantu membereskan rumahmu walaupun hanya sedikit, barulah kau melangkah ke luar rumah.’ Saya mengutip hal tersebut karena jika bukan warga FMIPA UI yang mengurus kelembagaan di FMIPA UI, lantas siapa lagi. Tidak harus besar kontribusi yang dilakukan namun paling tidak berkontribusilah di satu atau dua kegiatan atau organisasi yang sesuai dengan preferensi masing-masing individu. Kemudian, warga FMIPA UI juga selalu bisa memberikan masukan perihal kegiatan yang sebaiknya dilakukan di lingkungan FMIPA UI sehingga minat dan ketersediaan wadah untuk mengasah minat tersebut sejalan.

            Seluruh keresahan yang menyebabkan penurunan partisipasi warga FMIPA UI dalam kelembagaan sebenarnya dapat diatasi sejak dini. Tentunya bukan hanya pihak warga FMIPA UI pada umumnya yang harus melakukan tindakan preventif tersebut namun pihak lembaga juga perlu mengevaluasi program kerja dan perilaku terhadap sesame pengurus kelembagaan sehingga partisipasi warga FMIPA UI dapat meningkat pada 2017. Jika kelembagaan berjalan sebagaimana mestinya dan secara optimal, maka seluruh warga FMIPA UI yang akan merasakan manfaatnya. Maka, diperlukan usaha perbaikan dari berbagai pihak agar hal tersebut dapat tercapai sehingga kebermanfaatan dan kelancaran dalam segala aspek perkuliahan dan minat bakal dapat senantiasa dioptimalisasi dan dievaluasi.

Referensi:
Baines, D., 2010. ‘If We Don't Get Back to Where We Were Before’: Working in the Restructured Non-Profit Social Services. British Journal of Social Work, 40(3), pp.928-945.
French Jr, J.R., Kay, E. and Meyer, H.H., 1966. Participation and the appraisal system. Human Relations.
Hardina, D., 2006. Strategies for citizen participation and empowerment in non-profit, community-based organizations. Community Development, 37(4), pp.4-17.
Law, M., 2002. Participation in the occupations of everyday life. American Journal of Occupational Therapy, 56(6), pp.640-649.
Prestby, J.E., Wandersman, A., Florin, P., Rich, R. and Chavis, D., 1990. Benefits, costs, incentive management and participation in voluntary organizations: A means to understanding and promoting empowerment. American Journal of Community Psychology, 18(1), pp.117-149.
Rotolo, T., 1999. Trends in voluntary association participation. Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly, 28(2), pp.199-212.

Wicker, A.W., McGrath, J.E. and Armstrong, G.E., 1972. Organization size and behavior setting capacity as determinants of member participation. Behavioral Science, 17(6), pp.499-513.

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau