Coretan Sabtu Malam

Beribu sajak terlahir mengatasnamakan rindu
Pun coretan ini, ditulis karena pelupuk mata tidak mampu terkatup

Terjaga, terus ragaku terjaga
Rasanya malam membelai keningku tanpa ampun
Membuatku terjaga, terus anganku terjaga
Karena presensi tawa miliknya yang semakin luntur

Tatkala, kawan,
Ketika seseorang sudah terlanjur menyentuh inti jantungmu
Bahkan seumur hidup pun tak cukup untuk bersembunyi dari resah

Atau, ketika lelahku menguap esok hari, aku akan lupa?
Adakah mukjizat serupa itu, malam?

Insan lain cenderung merindukan detik, menit, bercengkrama bersamamu
Ketika aku, yang mampu aku kalapkan tak lain gelak pun sunggingan bibir yang senantiasa terpatut bersama sepasang mata sendu milikmu

Aku rindu...
Perlu aku bawa derapmu mengarungi galaksi agar senyummu muncul lagi?
Perlu aku tuntun langkahmu tuk selami palung agar tawa magismu terderai lagi?

Malam, Tuhan, Takdir,
Semua doa pasti sampai, janjiMu
Sisipkan ketenangan dalam tidurnya malam ini, agar esok, dan esok, dan ribuan purnama berikutnya, langkahnya selalu diberkahi... pun kedamaian merengkuh hatinya hingga akhir nanti.

Ruang Tamu, 7 Mei 2016

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau