Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr, [97]: 1–5). 

Pada bulan Ramadan, ada sebuah malam yang begitu mulia, yang disebut sebagai Laylatul Qadr. Tertulis pada berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits bahwa Laylatul Qadr lebih baik daripada 1000 bulan. Banyak orang kemudian berasumsi bahwa jika kaum Muslimin beribadah pada Laylatul Qadr dan ibadahnya diterima, maka hasil ibadah tersebut akan lebih baik daripada beribadah selama 1000 bulan atau 83 tahun. Namun, bagaimana Muslim seharusnya menanggapi pernyataan tersebut?

Tidak ada orang yang tahu pasti kapan Laylatul Qadr turun. Namun, Allah sungguh baik memberikan kaum Muslimin kisi-kisi turunnya Laylatul Qadr, yang di antaranya adalah:
- Malam ganjil di antara sepuluh malam terakhir Ramadan
- Keadaan alam yang tenang dan hening
- Angin berembus dengan lembut

Jika Anda tinggal di Indonesia, perbedaan awal dan akhir Ramadan adalah hal yang umum terjadi, yang berimbas perbedaan tanggal ganjil 10 hari terakhir Ramadan. Kalau begitu, apakah Allah menurunkan dua Laylatul Qadr, satu untuk kaum NU (atau pemerintah), lalu satu untuk kaum Muhammadiyah? Kan tidak (atau mungkin, iya?).

Dari perbedaan penentuan awal dan akhir Ramadan saja sudah seharusnya membuat kaum Muslimin berpikir bahwa mengusahakan ibadah yang sebaik-baiknya adalah satu-satunya jalan untuk menggapai Laylatul Qadr, karena, sekali lagi, tidak ada satu insan pun yang tahu kapan Laylatul Qadr akan turun.

Lalu, harus beribadah setulus, serutin, atau sepanjang apa agar kaum Muslimin mendapat Laylatul Qadr? Apakah benar bahwa dengan beribadah begitu serius pada satu malam itu kaum Muslimin akan mendapat imbalan pahala yang lebih besar daripada beribadah selama 1000 bulan?

Mungkin benar.

Namun, ada satu pernyataan yang sangat saya sukai tentang Laylatul Qadr,

“Mungkin, definisi mendapatkan Laylatul Qadr adalah ketika kita beribadah dengan begitu tulus, memohon ampunan dan bertaubat dengan begitu serius, juga menginternalisasi nilai-nilai Islam pada kehidupan sehari-hari, sehingga setelah malam kemuliaan tersebut usai, serta Ramadan usai, kita tetap beribadah, mohon ampun, dan berlaku sebaik-baiknya sampai akhir hayat kita.”

Mungkin, indikator terbaik apakah kaum Muslimin sudah mendapat Laylatul Qadr adalah ketika ia bersimpuh memohon ampun dan beribadah setulus mungkin, khususnya pada 10 malam terakhir Ramadan, sehingga ketika bulan penuh kemuliaan itu selesai, ia tetap menjadi versi terbaik dirinya; dalam hal beribadah kepada Allah maupun berhubungan dengan manusia, terus hingga akhir hayatnya atau 1000 bulan.

Semoga kita semua diberikan kesempatan dan keberanian untuk menjadi versi terbaik diri kita. Tidak perlu menunggu 10 hari terakhir Ramadan, ayo kita coba mulai dari hari ini.

Wallahu’alam bishawab.


Adelaide, 26 Februari 2024

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Berserikat di Tanah Rantau