Lepaskanlah Angan yang Salah Bersandar


Aku paham, kawan,
akan ada beberapa malam di mana ragamu mampu berbaring tetapi kelopak matamu yang berkhianat tidak kunjung terkatup.

Bukan kiasan, jika aku mengerti betapa hari-harimu dihiasi dengan lingkungan yang membuat inderamu merintih mohon ampun;

ketika pandanganmu tertuju pada kursi di sudut cafe di mana kalian pernah berbincang hingga larut,
saat sahabatmu memutar lagu yang pernah ia gumamkan ketika kalian sedang duduk menunggu bis kampus,
pun kulitmu rindu menggenggam lengannya ketika engkau terperanjat karena sosok di layar lebar

Kawan, tahukah mengapa asa masih terasa begitu rapuh pun begitu berat?
Karena kalian masih menyerahkan diri kepada sang kabut
Kalian masih mengumpulkan serpihan-serpihan kecil yang kalian rangkai sendiri menjadi keyakinan bahwa ia akan kembali mengamini segala jejak yang kalian buat di masa lampau

Satu hal yang perlu kau simpan dalam nurani, bahwa ketidakjelasan haluan dan ketiadaaan jawaban sendiri sudah merupakah sebuah jawaban

Karenanya, kawan, sudah saatnya kita berjuang untuk melepaskan angan-angan dan harapan yang salah bersandar
Kau mungkin menganggap dirinya berharga, tetapi lupakah bahwa sesungguhnya orang yang paling patut mendapatkan kasih dan curahan apresiasimu ialah dirimu sendiri?

Jangan risau pun jangan pelihara gundah,
percayalah bahwa segala hal yang sudah tertulis jauh sebelum kita melihat dunia tidak mungkin tertukar dan bahwa rasa cinta-Nya selalu mampu mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan kita.

- Wisma Salkia, 17 Juni 2016

Comments

Popular posts from this blog

Ramadan adalah Tentang Kembali Kepada Diri Sendiri

Laylatul Qadr: Malam Penuh Renungan

Berserikat di Tanah Rantau